RIWAYAT HIDUP SINGKAT
KH.UBAIDILLAH ISA
H.UBAIDILLAH ISA
Lahir pada tanggal 12 Nopember 1941 di
Jakarta dari pasangan H.M.Isa Daud dan Hj.Muanah binti Amar, anak ke 5 dari 10
bersaudara dan wafat di usia 73 tahun pada Jum'at 6 September 2013. Masa kecil beliau banyak dihabiskan di Jakarta
yang sangat kental akan kehidupan beragamanya ( religious ), lingkungan beliau
juga sangat mendukung dengan kehidupan agamis pada saat itu.
Kakek dari jalur ayahnya, H.Daud bin
Ismail adalah guru mengaji yang kala itu menjadi panutan masyarakat Sukabumi
Udik Kebon Jeruk Jakarta Barat dan sekitarnya. Beliau seorang guru yang senang
pada pertanian misalnya beliau memiliki area sawah yang ditanami padi lengkap
dengan lumbungnya sebagai penyimpanan hasil panen dan juga terkenal akan budi
daya tanaman rambutan pilihan seperti cipelat / rapiah dan cilengkeng. Di
tanah beliau dari mulai pinggir kalenan ( sungai kecil ) sampai dengan
rawa yang sekarang terletak di jl.Kampung Baru Permai banyak ditanami pohon
sawo, rambutan cipelat, cilebak dan cilengkeng da nada juga pohon
nangka, pohon cipedak dan pohon meninjo. Bila ada pohon rambutan cipelat /
rapiah di wilayah Sukabumi Udik, Sukabumi Ilir, Kelapa Dua, Cipulir dan
Peninggaran dapat dipastikan bibitnya berasal dari Engkong H.Daud bahkan
beliau biasanya menjual pohon rambutan dengan garansi sampai pohon rambutan itu
hidup, sedangkan ayah dari jalur ibu adalah Bpk. Amar seorang pembatik yang
berasal dari Pekalongan Jawa Tengah yang sampai sekarang belum diketahui asal
usul keturunannya.
Ayahnya H.M.Isa Daud juga seorang
guru mengaji yang dipercaya sebagai asisten Engkong Daud sehingga saat
ayahnya wafat tahun 1956. Di samping mengajar mengaji beliau juga seorang
pedagang peci/ kopiah di kios pasar Seng Tanah Abang kemudian beliau beralih
menjadi petani tanaman hias seperti anggrek, pohon cemara, pohon palm, dan
pohon pinang merah bahkan semua tanaman pohon cemara yang di tanam di areal
sekitar masjid Al-Falah ditanam oleh beliau H.M.Isa Daud, beliau juga tercatat
sebagai salah seorang pelopor berdirinya Masjid Jami' Al-Falah. Begitu
kira-kira sekelumit gambaran tentang ayah dan kakek dari seorang yang kita
peringati haulnya pada hari ini.
H.Ubaidillah Isa beliau bersekolah
di jenjang pendidikan dasar di SR Pos Pengumben yang terletak di Tanah Baru
Grogol Utara Jakarta Selatan, cukup jauh memang karena pada saat itu Sekolah
Dasar Negeri hanya ada di lokasi ini (Tanah Baru Grogol Utara Kebayoran Lama
Jakarta Selatan) bahkan masyarakat sekitar Cidodol, Kp.Baru,Srengseng dan
Petukangan juga bersekolah di situ. Pendidikan Dasar lainnya yang pernah beliau
ikuti di Madrasah Ulwana Najah yang diasuh oleh Bpk.KH.Abd.Rahman atau dengan
nama populernya Haji Omang yang banyak mencetak kader asatidz pada saat itu di
wilayah Sukabumi Udik dan sekitarnya, selepas dari SD atau SR tahun 1956 beliau
melanjutkan pendidikan ke SMPN XII di Blok M Kebayoran Baru dengan
sehari-harinya menegndarai kereta angin alias sepeda.
Tamat dari
SMPN XII beliau melanjutkan belajar ke Pondok Pesantren yang sangat populer dan
terkenal di Indonesia yaitu Pondok Pesantren Tebuireng dan Gontor dengan
pertimbangan faham ahlu sunnah wal jamaah yang dikembangkan dan diamalkan
sejalan dengan cara-cara ibadah dan amaliah yang dilakukan oleh para ulama
Betawi, maka beliau dimukimkan di Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan
oleh Hadratus Syeih KH.Hasyim Asy'ari yaitu ayah dari KH.Wahid Hasyim menteri
agama pertama RI, ayah dari Gus Dura tau KH.Abdurrahman Wahid.
Saat mukim di Tebuireng selama 6
tahun dari akhir tahun 1959 sampai dengan pertengahan 1965 beliau termasuk
diantara santri kesayangan yang berasal dari DKI.Jakarta, beliau dekat dengan
keluarga pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng yang kala itu diasuh oleh
KH.Kholik Hasyim yang terkenal dengan ilmu agama dan kedigdayaannya. Berbeda
dengan pendidikan agama saat ini yang mengenal istilah Ibyidaiyah, Tsanawiyah,
dan Aliyah, di Pondok Pesantren Tebuireng tidak dikenal istilah Aliyah pada
saat itu, jadi beliau hanya lulusan Tsanawiyah namun masa belajarnya selama 6
tahun sederajat dengan Madrasah Aliyah sekarang. Selama mondok di Pondok Pesantren Tebuireng
beliau bukan hanya mengaji tetapi beliau juga ditempa dengan aktifitas
organisasi, jabatan organisasi santri di Tebuireng yang pernah diamanahkan
kepada beliau sebagai ketua CPIDB ( Consentrasi Pelajar Islam Djawa Barat )
yang merupakan organisasi himpunan santri berasal dari Jakarta, Jawa Barat,
Bandung, Cirebon, Karawang, Kuningan dan Banten.
Satu hal yang menarik terkait
keorganisasian beliau, kendati Pondok Pesantren Tebuireng tempat lahirnya
Nahdlatul Ulama ( NU ) beliau tidak menjadi pengurus IPNU yang berada di bawah
naungan NU tetapi beliau adalah pengurus PII ( Pelajar Islam Indonesia ) yang
awalnya berada di bawah naungan MASYUMI, ini tidak lain karena beliau di samping
dekat dengan keluarga KH.Hasyim Asy'ari yang NU seperti KH.Kholik Hasyim,
KH.Idris, dan KH.Syamsuri Badlawi tetapi beliau juga sangat dekat dengan
KH.Abd.Karim Hasyim
(
pengarang/sastrawan ) yang notabene lebih cenderung dengan Partai MASYUMI.
Karena sebagai santri senior dan
ketua CPIDB maka tidak mengherankan sejak di Tebuireng beliau sudah diikut
sertakan berjuang di luar Tebuireng untuk ikut dengan para kyai dan asatidz
melawan aksi-aksi yang dilancarkan oleh PKI di Jawa Timur. Kedekatannya dengan
Kyai-kyai di sana ditandai dengan banyaknya tokoh yang pernah berkunjung bahkan
bermalam di rumah orang tuanya di Jakarta seperti KH.Idris, KH.Husnan, KH.Yusuf
Hasyim dan Bpk.Ishak anak dari KH.Idris.
Usai menempuh pendidikan di
Tebuireng pada pertengahan tahun 1965 beliau juga aktif di kegiatan pemuda dan
olahraga seperti sepak bola, badminton bahkan olahraga bela diri Betawi yang
dikenal dengan Beksi termasuk juga belajar dan mengembangkan seni baca
Al-Qur'an dengan berguru dengan H.Ismail Daud adik dari ayahnya dan bimbingan
qori dari Serang yang dekat dengan KH.Rohmatulloh Shiddiq.
Beliau
juga mulai mengamalkan ilmu dimilikinya dengan mengajar di musholla dan masjid,
pada masa bersamaan beliau digandeng oleh KH.Rohmatulloh Shiddiq mengelola
pendidikan formal, pada tahun itu pula dengan dipimpin oleh KH.Rohmatulloh
Shiddiq, KH.Thabrani Thohir, KH.Asnawi Thohir, Ust.H.Hasuki Nasir dan para
aghniya di Sukabumi Selatan dibangunlah SDI Al-Falah I yang terdiri dari 7
lokal ruang kelas dengan pimpinan umum KH.Rohmatullah Shiddiq.