Minggu, 02 April 2017

KH.UBAIDILLAH ISA / BIOGRAFI BAG 1



RIWAYAT HIDUP SINGKAT
KH.UBAIDILLAH ISA
















H.UBAIDILLAH ISA
Lahir pada tanggal 12 Nopember 1941 di Jakarta dari pasangan H.M.Isa Daud dan Hj.Muanah binti Amar, anak ke 5 dari 10 bersaudara dan wafat di usia 73 tahun pada Jum'at 6 September 2013.  Masa kecil beliau banyak dihabiskan di Jakarta yang sangat kental akan kehidupan beragamanya ( religious ), lingkungan beliau juga sangat mendukung dengan kehidupan agamis pada saat itu.
            Kakek dari jalur ayahnya, H.Daud bin Ismail adalah guru mengaji yang kala itu menjadi panutan masyarakat Sukabumi Udik Kebon Jeruk Jakarta Barat dan sekitarnya. Beliau seorang guru yang senang pada pertanian misalnya beliau memiliki area sawah yang ditanami padi lengkap dengan lumbungnya sebagai penyimpanan hasil panen dan juga terkenal akan budi daya tanaman rambutan pilihan seperti cipelat / rapiah dan cilengkeng. Di tanah beliau dari mulai pinggir kalenan ( sungai kecil ) sampai dengan rawa yang sekarang terletak di jl.Kampung Baru Permai banyak ditanami pohon sawo, rambutan cipelat, cilebak dan cilengkeng da nada juga pohon nangka, pohon cipedak dan pohon meninjo. Bila ada pohon rambutan cipelat / rapiah di wilayah Sukabumi Udik, Sukabumi Ilir, Kelapa Dua, Cipulir dan Peninggaran dapat dipastikan bibitnya berasal dari Engkong H.Daud bahkan beliau biasanya menjual pohon rambutan dengan garansi sampai pohon rambutan itu hidup, sedangkan ayah dari jalur ibu adalah Bpk. Amar seorang pembatik yang berasal dari Pekalongan Jawa Tengah yang sampai sekarang belum diketahui asal usul keturunannya.
            Ayahnya H.M.Isa Daud juga seorang guru mengaji yang dipercaya sebagai asisten Engkong Daud sehingga saat ayahnya wafat tahun 1956. Di samping mengajar mengaji beliau juga seorang pedagang peci/ kopiah di kios pasar Seng Tanah Abang kemudian beliau beralih menjadi petani tanaman hias seperti anggrek, pohon cemara, pohon palm, dan pohon pinang merah bahkan semua tanaman pohon cemara yang di tanam di areal sekitar masjid Al-Falah ditanam oleh beliau H.M.Isa Daud, beliau juga tercatat sebagai salah seorang pelopor berdirinya Masjid Jami' Al-Falah. Begitu kira-kira sekelumit gambaran tentang ayah dan kakek dari seorang yang kita peringati haulnya pada hari ini.
            H.Ubaidillah Isa beliau bersekolah di jenjang pendidikan dasar di SR Pos Pengumben yang terletak di Tanah Baru Grogol Utara Jakarta Selatan, cukup jauh memang karena pada saat itu Sekolah Dasar Negeri hanya ada di lokasi ini (Tanah Baru Grogol Utara Kebayoran Lama Jakarta Selatan) bahkan masyarakat sekitar Cidodol, Kp.Baru,Srengseng dan Petukangan juga bersekolah di situ. Pendidikan Dasar lainnya yang pernah beliau ikuti di Madrasah Ulwana Najah yang diasuh oleh Bpk.KH.Abd.Rahman atau dengan nama populernya Haji Omang yang banyak mencetak kader asatidz pada saat itu di wilayah Sukabumi Udik dan sekitarnya, selepas dari SD atau SR tahun 1956 beliau melanjutkan pendidikan ke SMPN XII di Blok M Kebayoran Baru dengan sehari-harinya menegndarai kereta angin alias sepeda.

Tamat dari SMPN XII beliau melanjutkan belajar ke Pondok Pesantren yang sangat populer dan terkenal di Indonesia yaitu Pondok Pesantren Tebuireng dan Gontor dengan pertimbangan faham ahlu sunnah wal jamaah yang dikembangkan dan diamalkan sejalan dengan cara-cara ibadah dan amaliah yang dilakukan oleh para ulama Betawi, maka beliau dimukimkan di Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh Hadratus Syeih KH.Hasyim Asy'ari yaitu ayah dari KH.Wahid Hasyim menteri agama pertama RI, ayah dari Gus Dura tau KH.Abdurrahman Wahid.
            Saat mukim di Tebuireng selama 6 tahun dari akhir tahun 1959 sampai dengan pertengahan 1965 beliau termasuk diantara santri kesayangan yang berasal dari DKI.Jakarta, beliau dekat dengan keluarga pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng yang kala itu diasuh oleh KH.Kholik Hasyim yang terkenal dengan ilmu agama dan kedigdayaannya. Berbeda dengan pendidikan agama saat ini yang mengenal istilah Ibyidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, di Pondok Pesantren Tebuireng tidak dikenal istilah Aliyah pada saat itu, jadi beliau hanya lulusan Tsanawiyah namun masa belajarnya selama 6 tahun sederajat dengan Madrasah Aliyah sekarang.  Selama mondok di Pondok Pesantren Tebuireng beliau bukan hanya mengaji tetapi beliau juga ditempa dengan aktifitas organisasi, jabatan organisasi santri di Tebuireng yang pernah diamanahkan kepada beliau sebagai ketua CPIDB ( Consentrasi Pelajar Islam Djawa Barat ) yang merupakan organisasi himpunan santri berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Bandung, Cirebon, Karawang, Kuningan dan Banten.
            Satu hal yang menarik terkait keorganisasian beliau, kendati Pondok Pesantren Tebuireng tempat lahirnya Nahdlatul Ulama ( NU ) beliau tidak menjadi pengurus IPNU yang berada di bawah naungan NU tetapi beliau adalah pengurus PII ( Pelajar Islam Indonesia ) yang awalnya berada di bawah naungan MASYUMI, ini tidak lain karena beliau di samping dekat dengan keluarga KH.Hasyim Asy'ari yang NU seperti KH.Kholik Hasyim, KH.Idris, dan KH.Syamsuri Badlawi tetapi beliau juga sangat dekat dengan KH.Abd.Karim Hasyim
( pengarang/sastrawan ) yang notabene lebih cenderung dengan Partai MASYUMI.
            Karena sebagai santri senior dan ketua CPIDB maka tidak mengherankan sejak di Tebuireng beliau sudah diikut sertakan berjuang di luar Tebuireng untuk ikut dengan para kyai dan asatidz melawan aksi-aksi yang dilancarkan oleh PKI di Jawa Timur. Kedekatannya dengan Kyai-kyai di sana ditandai dengan banyaknya tokoh yang pernah berkunjung bahkan bermalam di rumah orang tuanya di Jakarta seperti KH.Idris, KH.Husnan, KH.Yusuf Hasyim dan Bpk.Ishak anak dari KH.Idris.
            Usai menempuh pendidikan di Tebuireng pada pertengahan tahun 1965 beliau juga aktif di kegiatan pemuda dan olahraga seperti sepak bola, badminton bahkan olahraga bela diri Betawi yang dikenal dengan Beksi termasuk juga belajar dan mengembangkan seni baca Al-Qur'an dengan berguru dengan H.Ismail Daud adik dari ayahnya dan bimbingan qori dari Serang yang dekat dengan KH.Rohmatulloh Shiddiq.

Beliau juga mulai mengamalkan ilmu dimilikinya dengan mengajar di musholla dan masjid, pada masa bersamaan beliau digandeng oleh KH.Rohmatulloh Shiddiq mengelola pendidikan formal, pada tahun itu pula dengan dipimpin oleh KH.Rohmatulloh Shiddiq, KH.Thabrani Thohir, KH.Asnawi Thohir, Ust.H.Hasuki Nasir dan para aghniya di Sukabumi Selatan dibangunlah SDI Al-Falah I yang terdiri dari 7 lokal ruang kelas dengan pimpinan umum KH.Rohmatullah Shiddiq.