Senin, 03 Oktober 2016

So when you lose your way
To Allah you should turn
'Cause as He promised
He will always be there...






ILMU DALALAH atau ilmu dilalah (bahasa Arab) yang merupakan padanan dari kata semantique (bahasa Perancis) atau semantics (bahasa Inggris), atau semantik (bahasa Indonesia).
Di kalangan bangsa Arab ada yang menggunakan istilah ilmu dalalah, ada juga yang menggunakan istilah dalalat al-alfaz atau ilmu al-ma’na (bukan ilmu al-ma’ani). Tetapi tampaknya yang pertama lebih sering digunakan. Di samping ilmu dalalah ada juga ilmu ar-rumuz (semiotik) yang mempelajari tanda secara umum, baik terkait dengan bahasa atau non bahasa. Sementara ilmu dalalah (semantik) mengkaji masalah tanda dalam bahasa saja. Dalam system semiotik, bahasa dibedakan ke dalam tiga komponen, yaitu:

1. Sintaksis, terkait dengan lambang dan bentuk hubungan;

2. Semantik, terkait dengan hubungan antar lambang dan dunia luar yang diacunya;

3. Pragmatik, terkait dengan hubungan antara pemakai bahasa dengan lambang dalam pemakaiannya.

Istilah ilmu dalalah muncul belakangan setelah munculnya istilah semantik, yang ditulis pertama kali oleh seorang ahli bahasa berkebangsaan Perancis Breal dalam bukunya Essai de semantique tahun 1897. Sebenarnya kajian tentang makna telah lama dilakukan oleh para ahli bahasa Arab, tetapi baru akhir abad 19 menjadi ilmu tersendiri, sebagaimana yang ada sekarang. Sejauh mana kajian keislaman mempunyai perhatian terhadap kajian tentang makna ini?

Persoalan-persoalan pokok dalam Ilmu Dalalah Pada mulanya, ilmu dalalah hanya membahas makna atau makna-makna kata dan perkembangan makna tersebut, sehingga lebih tepat disebut ilmu ad- dalalah al-mu’jamy, misalnya kata عين dapat berarti mata air, mata-mata atau bola mata dan sebagainya, kata بيت dapat pula berarti sebuah rumah atau sebait puisi.
Satu kata seringkali mempunyai arti lebih dari satu, misalnya yang satu makna hakiki yang lainnya makna majazi , seperti kata nikah, dapat berarti akad nikah ( makna hakiki) atau bersenggama (makna majazi). Misalnya pada ayat:


ولا تنكحوا ما نكح اباؤكم من النساء إلا ما قد سلف 
Kata nikah dalam ayat tersebut dapat dipahami dari sisi makna hakiki atau majazi atau kedua-duanya. Tidak sedikit pula dijumpai dalam bahasa Arab, kata yang terdiri dari huruf-huruf tertentu dan dapat dibaca dengan beragam bacaan (berbeda harakat) sehingga mempunyai makna yang berbeda pula, misalnya kata ملك dapat dibaca malikun (seorang raja), mulkun (sebuah kerajaan) milkun (milik) malaka (memiliki atau menguasai). Untuk menentukan makna sebuah kata, diperlukan pengetahuan tentang konteks di mana kata itu diungkapkan atau disusun. Untuk menyingkap makna, dengan hanya terfokus pada kata perkata saja, ternyata belum cukup. Oleh karena itu, pembahasan diperluas lagi dengan kajian terhadap struktur (tarkib) kalimat. Susunan (tarkib) kalimat mempunyai pengaruh terhadap makna yang ditimbulkan oleh kalimat tersebut.

Senin, 14 Maret 2016

dikejar belum juga ketemu
dicari belum juga keliahatan
ditunggu juga tidak datang
apakah itu ....